Akik sisik naga

 Cerpen dengan judul "Sisik Naga di Jari Manis Gus Usup", penulis M. Shoim Anwar. Pada cerpen ini terdiri dari beberapa paragraf. Cerpen tersebut memiliki tema yakni tentang cara untuk mendapatkan kehormatan & kemulian  saat hidup di dunia. Tokoh utama dalam cerpen tersebut yakni Gus usup. Gus usup seseorang yang sederhana dalam hidupnya, selain sederhana gus usup juga sosok yang tampan  dan baik hati. hal itu terbukti gus usup terbilang tampan, wajah dan kulitnya kuning bersih. Di ceritakan juga bahwa gus usup sesorang yang berjiwa solidaritas tinggi, terlihat dalam sebuah kalimat mandi bersama-sama di kali dan sambil belajar berenang di sungai. Selain itu gus usup juga orang yang senang bercanda hal itu terbukti bahwa gus usup mengatakan siapapun yang memegang akik sisik naga maka orang yang memegang tersebut tidak bisa buang air kecil & berak. Selain itu gus usup juga belom menikah walaupun umurnya terbilang sudah cukup sedangkan teman sebayanya sudah menikah, gus usup belom memberikan tanda-tanda bahwa ia mau menikah. Walaupun para gadis banyak yang meliriknya tetepi gus usup tidak merespon , karena dalam lingkungan pondok hanya melirik dari keluarga pondok juga. Di sini juga dijelaskan bahwa hubungan antar pondok banyak yang kurang harmonis karena masalah politik, politik dapat merubah segalahnya begitupun dengan aqidah dapat dirubahnya. Tetapi gus usup tidak terbakar oleh api-api politik dan dia bergaul dengan siapa saja tanpa pandang bulu. 

Dalam cerpen tersebut juga menceritakan guk Mat yang merupakan teman gus Usup sejak kecil yang di ceritakan bekerja di pabrik gula. Gus Usup juga merupakan orang yang rajin dalam menggarap ladang. Dulu diceritakan bahwa dalam belajar mengaji dan berlatih bela diri di pondok akik sisik naga menjadi perhatian karena diantara mereka bahwa dalam akik tersebut sudah ada qodam jadi tidak sembarang orang dapat menyetuhnya. Gus Usup juga diceritakan bahwa mahir dalam bermain kartu entah itu bermain ceme atau pun bermain remi yang tergambar jelas bahwa dia membanting kartu ke lantai bak seperti dewa judi china sungguh menawan permainannya. Mereka membuka kartu secara diam dan berhati-hati layaknya orang sedang wiridan. Selain itu datangnya gus Usup membuat permainanan menjadi semangat, tetapi lama-kelamaan seisi menjadi panas seperti ada yang terbakar tetapi mereka sadar bahwa yang panas itu bukan suasananya tapi hawa nafsu yang ada pada masing-masing pemain. Pemain yang sudah habis modal hanya menjadi penonoton layaknya penoton pagelaran wayang kulit. Sampai dipenghujung permaianan dan inti dari permainan semua modal dipertaruhkan oleh kang Marsud yang meminjam uang Gus Usup. Dalam membanting kartu detak jantungpun ikut gemetar layaknya kail yang di sambar ikan. Pada akhirnya akik sisik naga gus Usup lah yang menjadi perhatian, mereka menyadari bahwa kemenanagan terbesar yang diraupnya berkaitan dengan akik sisik naga di sakunya dan kemudian terbesit dalam diri guk Mat untuk memilikinya dan berpikir bagaimana cara yang ampuh agar skik sisik naga itu terus berada di genggamannya.

Pada kandungan isi cerpen ini juga memiliki makna yang berkaitan dengan kehidupan nyata. hal itu ditunjukkan dengan bahwa gus Usup seseorang yang baik hati & rajin beribadah. hal tersebut tentu berkaitan dengan kehidupan nyata, bahwa kita sebagai manusia harus ingat dengan akhirat jadi selama di dunia kita harus melaksanakan perintah tuhan dengan benar, itu adalah sisi positif isi cerpen yang berkaitan dengan kehidupan nyata. Namun, ada juga sisi negatif yakni guk mat ingin mempertahankan kemenangannya saat sedang main kartu ceme atau remi tetapi dengan bisa memiliki akik sisik naga milik gus usup. hal ini tentunya tidak boleh untuk dilakukan. Karena, hal tersebut tanpa disadari niat jahat serta pengaruh hawa nafsu sudah bermunculan dikarenakan lebih mempercaiyai sikep yang ada dalam akik sisik naga gus Usup yang dahsyat akan qodamnya itu. Hal  tersebut juga dapat membuat orang lain susah & sedih karena kehilangan benda miliknya. Jangan terlalu mempercayai barang walaupun energinya dahsyat karena semua kembali dai yang menciptakan dan akan kembali ke sang pencipta yang membuat barang tersebut itu dahsyat akan keyakinan kita bahwa itu dapat merubah segalanya serta jangan mengambil apa yang bukan menjadi hak kita belum tentu kalau sudah kita dapat barang itu energinya dahsyat seperti ada pada pemiliknya atau bahkan membawa bencana bagi kita.



Efi Dianto

Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulama Durna Ngesot Ke Istina

Sajak palsu

Sulastri dan empat lelaki